Jumat, 27 Februari 2015

Just make them Flat

Berapa banyak rasa yang ada?
Manis?
Pahit?
Asam?
Pedas?

Berapa banyak perasaan yang pernah kau alami?
Sedih?
Bahagia?
Marah?
Kecewa?
Kesal?

Pertanyaan-pertanyaan itu aku tanyakan padanya.
Sudah sangat lama ingin ku tanyakan padanya,sudah sejak beberapa tahun ini.
Bukan tanpa alasan.
Bahkan sangat banyak sekali alasan untuk itu.

Aku kenal dia sejak dia kecil, dulu dia lucu sekali..
Anak perempuan manis,lembut,lucu dan cengeng..
Yaa dia itu perempuan cengeng,pemalu tapi selalu ceria.
Aku tahu betul dia,
Gadis manis yang selalu tersenyum tanpa beban, bahkan saat harus dirawat dengan jarum ditangannya.
Dia tetap terlihat bahagia.
Dan aku juga tau alasannya.
Dia punya ayah yang begitu memanjakannya,mama yang selalu mengerti keinginannya.
Itu alasan terbesar kebahagiannya.

Tepat saat dia berusia 17 tahun,aku mulai kehilangan wajah pemalu yang ceria itu.
Ini hal biasa mungkin saat kita mendengarnya,tapi hal paling menyakitkan dalam perjalanan hidupnya.
Ya,tepat 2 bulan setelah usianya 17 tahun malaikat yang melahirkannya harus bertemu Tuhan.
Dia kehilangan satu sayap pelindungnya.
Hari itu,aku melihatnya dalam dekapan pria paling hebat,pria paling kuat,pria paling tegar,malaikat penjaganya.
Ya,ayahnya...
Aku menatapnya dari kejauhan .
Mata kosong yang meneteskan butiran air mata tanpa henti,,tangan yang masih menggenggam kuat tangan malaikat pelindungnya.
Dan dalam pelukan malaikat penjaga yang saat itu terlihat rapuh.
Ayahnya meneteskan air mata,sambil memeluknya erat.
Hari itu pertama kalinya aku menemukan tatapan mata yang sampai hari ini masih ku lihat.
Beberapa hari setelah hari itu,aku sering bertemu dengannya.
Untuk sekedar berbicara,menyapanya dan menemaninya tidur.
Dengan harapan aku akan kembali melihat tatapan mata ceria dan pemalu itu.
Tapi ternyata  tidak..
Ya,tidak lagi..
Aku tak menemukannya lagi ...
Dia masih sama sebenarnya,,
Hanya saja ada hal berbeda sekarang..
Dia yang kulihat hari ini adalah perempuan dewasa yang kuat,,ya,dia bisa lewati setiap rasa rapuh yang dia rasakan.
Tapi dia tak begitu perasa seperti dulu sekarang..
Aku pernah bertanya padanya,tentang makanan yang dia makan..dia bilang itu biasa saja.
Padahal aku tahu dulu dia tukang makan yang sering berkomentar dengan apa yang dia makan.. :)
Saat aku mengajaknya jalan-jalan,lalu aku tanyakan bagaimana perasaannya,dia hanya tersenyum dan tak berkata apapun.
Padahal dulu dia aka berkata saat dia bahagia..
Ya dia tak lagi seperasa dulu,,seperti membatasi rasa dan membuat semuanga ada pada batas biasa.
Mungkin dia takut,atau berpikir semua rasa itu tidak akan bertahan lama.
Yang lebih sering ku dengar sekarang hanya tenang dan nyaman.

Ya dua kata yang seperti menggambarkan keadaan biasa yang baik-baik saja.
Kadang tanpa sengaja aku sering melihat tatapan kosong darinya,bahkan saat dia  bersama orang lain.
Entahlah ku rasa ada ruang yang benar-benar kosong di hatinya yang tak bisa digantikan oleh apapun.
Mungkin memang begitu sakitnya...
Dia yang sekarang membatasi dirinya bahkan hanya sekedar berbagi rasa dengan keluarganya.
Dia yang sering khawatir menyusahkan ayahnya.
Dia yang seolah kuat sendir padahal kesepian..
Dia....ya dia,,,
Dia yang sebenarnya tetap dia.
Dia dengan perasaannya
Dia dengan kekuatannya...
Dia yang aku kenal...
Dia......

Jumat, 06 Februari 2015

Cause it not BLIND any more...

Buta.....
Kata orang cinta dan perasaan itu buta.
Benarkah?
Aku rasa tidak selalu.
Ini masih tentang gadis itu.
Aku pernanh bertanya masalah cinta padanya. Dulu dia menjawabnya dengan sangat menggebu..
Ya pertanyaan hampir 10 tahun lalu ku tanyakan padanya.
Sama seperti remaja lainnya,saat ditanya soal kehidupan cintanya.Dia ceritakan dengan wajah sumringah dan dengan beribu keyakinan indah tentang cinat.
Saat itu dia ceritakan semua mimpi cintanya padaku.
Akau turut bahagia dan sesaat ikut larut dalam mimpinya.
Saat itu aku juga berharap dia dapatkan apa yang dia impikan.
Ya saat itu sekan cinta itu benar seprti apa kata orang..cinta itu buta.

Dan hari ini aku kembali bertemu dengannya..dengan wajah tak semenggebu dulu namun tetap tampak bersemangat.
Lalu ku tanyakan lagi pertanyaan yang sama seperti 10 tahun lalu.
Dan jawaban yang aku dapat tak lagi sama.
Bukan jawaban menggebu tentang cinta lagi.
Dia masih miliki mimpi yang sama,namun tak semenggebu dulu. Lebih pasrah dan lebih realisitis aku pikir.
Ya dia tak ingin bermimpi setinggi dulu katnya.
Aku tak tahu apa sebabnya,tapi ku rasa beberapa kejadian banyak merubahnya dan salah satunya merubah mimpinya tentang cinta.
Cinta yang dulu membuat segalanya buta.
Membuang semua kemungmkinan buruk dan menjadikannya mimpi indah.
Namun seiring waktu kemungkinan buruk itu memang benar-benar ada,dan sang cinta ternyata tak buta seperti kata orang.Lalu mimpi indah itu perlahan akan berubah jadi lebih nyata dengan keindahan nya sendiri.